Rabu, 28 September 2011

telepon umum penentu nasib rakyat

sehabis menginap di putri duyung, esoknya kami pergi ke jalan-jalan ke dufan. saat pulang dari dufan, tanpa kusadari ternyata kedua handphoneku (baik gsm maupun cdma) sudah habis baterainya. hal ini cukup membuat pikiranku sedikit pusing, karena saat nanti aku turun busway (di halte layur) aku harus meminta orang rumah untuk menjemputku di suatu tempat yang kami sebut ulay (ujung layur). mungkin jaraknya 500-600 meter dari rumah.

kondisi ini lebih sulit dari biasanya karena saat itu sudah jam 10 malam, sudah jarang metromini yang lewat, sungguh hal yang menyedihkan jika harus berjalan kaki karena setelah sehari sebelumnya lelah rapat hingga tengah malam dan disambung bersenang-senang seharian di dufan sungguh membuat lelah seluruh tubuhku ditambah lagi harus melewati kuburan layur.

saat di busway ingin sekali rasanya meminjam handphone mbak2 atau mas2 sebelahku, sayangnya selalu banyak pikiran-pikiran aneh yang akhirnya membuat diriku menolaknya. ya, akhirnya akupun turun di halte layur. aku juga ingat bahwa disana ada telepon umum, namun aku tidak mempunyai uang logam, sedangkan warung2 di daerah sana sudah tutup.

aku akhirnya mendatangi telepon umum di ulay. ya, sambil tengak tengok ke bawah, siapa tau menemukan uang logam, hihi.. sesaat sebelum aku sampai, ternyata seorang lelaki sedikit lebih cepat ke telepon tersebut. ya tentu saja aku merelakan dia memakai duluan, toh aku juga tidak ada uang logam.

dia memasukkan sebuah koin dan tertera di layar sebesar 500. aku menunggu dia selesai berbicara, tentu saja sambil mencari secercah koin nganggur. sesekali aku melihat ke arah jalanan, siapa tau ada metromini yang lewat. tiba-tiba terlintas di pikiranku, suatu hal yang peluang terjadinya sangatlah kecil, yaitu: aku berharap dia tidak menggunakan saldonya sampai habis lalu kemudian menghibahkan sisa saldonya kepada ku. sungguh pikiran yang liar.. haha

ada beberapa faktor yang membuat saya berfikiran bahwa angan2ku tesebut sulit terjadi:

  1. apakah dia hanya menelfon sebentar, sehingga saldonya masih tersisa.
  2. kalaupun ada sisa, apakah dia mengerti tentang fasilitas "Follow On Call" karena kalau dia langsung menaruh gagang telponnya maka hilang lah sisa uangnya.
  3. kalaupun ada sisa dan dia mengerti ttg foc, apakah dia mau menawarkan sisa saldonya kepadaku?

500 pun berkurang setelah telpon pertamanya masuk, menjadi 400, dia cukup lama menelpon, sampailah ke 300, setelah 1 menit lebih berkurang menjadi 200, (harapan menipis, hati dan pikiranpun turut sedih)..
tiba2 dia menyelesaikan percakapan tersebut diangka 200. dia menekan tombol hijau tersebut, Follow on Call. yes, peluang ku naik beberapa persen.

dia menekan nomer telepon selanjutnya, ternyata tidak ada jawaban. dia menekan foc lagi dan menelpon nomer telepon lagi, juga tidak ada jawaban...
sungguh kenyataan yang luar biasa, dia langsung berbicara kepada saya, kira2 seperti ini percakapannya:

xxx     : mas, mau pakai telpon yah? ini masih ada sisa, sayang kalo gak dipake.
rudy   : hah? gimana maksudnya mas? (pura2 tidak tahu, meskipun senang dalam hati)
xxx     : iya, ini masih ada sisa 200, sayang kalau ditutup. jadi kalau mau, langsung tekan nomer nya aja.
rudy   : oh, boleh2 mas trimakasih ya (tetap tidak mau mengakui kondisi sebenarnya)

langsung telepon ke rumah minta dijemput. aku tekan foc lagi karena saldo hanya berkurang 100. bingung mau nelpon siapa lagi, kalau ada orang yang nasibnya serupa denganku pasti akan ku hibahkan ke dia.  :))

Tidak ada komentar: